Laman

13 Jun 2011

Belajar Kepada Setan

Mendengar kata Setan, maka terbayang lah sosok yang menakutkan atau menyeramkan. Setan itu sebutan untuk Jin atau manusia yang memiliki sifat Jahat.. Oiya, aku bermimpi tentang setan beberapa hari yang lalu, dalam mimpi itu aku berada di sebuah desa yang hijau, namun diantara hijau itu ada sosok kehitaman yang mengganggu, yap dialah setan yang ada dimimpiku, dalam mimpi itu aku pergi ke tepi sungai disitu aku juga merasakan sosok setan yang menggangu, terakhir aku tersadar karena diteriaki "printer rusak den" padahal aku tak punya printer, mimpi yang aneh.
Kita lanjut ngomongin setan yuk, Setan itu adalah sosok mistis yang selalu menjadi sosokkeren di setiap masa dan peradaban. Malahan di Indonesia sosok Setan selalu membuat antrian panjang di Bioskop, katanya seram, tapi banyak yg suka , Sekarang juga masih lah, buktinya tiap film yang ada setannya masih banyak yang suka, banyak yang ngantri, banyak yang menyisihkan uang nya daripada menyumbang untuk membangun mesjid di pinggir jalan yang mengganggu lalu lintas itu, atau nabung buat naik haji untuk berbangga-bangga karena punya gelar H didepan namanya. Sudahlah bukan urusan saya.

Banyak hal yang bisa jadi inspirasi dari dia, si Setan itu. Berdasarkan beberapa pendapat bukan dari buku, dan beberapa sumber yang tidak bisa dipercaya, ada beberapa jenis Setan. Kebanyakan mereka bersifat soliter, atau penyendiri tapi tidak autis seperti kebanyakan facebooker, twitter-er atau blog-er. Dalam kesendiriannya ternyata mereka lebih tabah dari manusia yang banyak mengeluh. Benar-benar mensyukuri perbedaanya sebagai rahmat dan karunia, tak seperti kita, manusia yang harus seragam, harus sama, kalau beda dianggap aneh, dianggap nyeleneh, dianggap sok asik bahkan dianggap gila.

dalam ketebatasnnya dia tak pernah mengeluh, tak pernah mau menyerah pada nasib, walaupun kaki dan tangannya terikat saat bulan Ramadhan. Di selalu tabah, gak protes atau demo kepada Tuhan . Harusnya sebagai manusia kita malu, yang punya kaki dan tangan yang bebas tapi masih malas. Malas untuk berusaha, malas untuk bekerja, lihatlah dirimu, kemana-mana malas berjalan. Kamu lebih memilih memacetkan jalan  dan kebut-kebutan dengan kendaraanmu. Lalu apa fungsi dari kakimu?,

Setan juga kesederhanaan, penuh kebersahajaan, tak pernah mengeluh walaupun sepanjang hidupnya gak pake Celana. Percaya diri dengan tampangnya yang menyeramkan, tetap ceria walaupun di cap sebagai monster yang menakutkan. Beda dengan kita yang selalu ingin memakai pakaian yang bagus, yang baru, yang banyak dan menjungjung tinggi konsumerisme sebagai tren yang harus selalu diikuti. Tak menghargai kondrat dari Tuhan yang sudah menciptakan kita dengan sempurna, masih saja tidak puas, masih saja mengeluh, masih saja tidak pede. Masih saja menilai sesuatu dari tampangnya, dari luarnya saja. Walaupun kita selalu sesumbar dengan kata-kata "jangan menilai sesuatu dari sampulnya" namun tetap aja sampul jadi hal terpenting bagi kita semua.

Wahay Setan, yang kebanyakan gundul dan bertanduk. Aku juga malu padamu. Kesetiaanmu begitu tulus, kamu rela melakukan apa saja demi titah majikanmu. Penuh dedikasi, tak pernah protes, tak minta gaji. Kamu cukup puas dengan bekerja tanpa pamrih. Lalu lihatlah kita yang belum bekerja sudah minta upah, apa-apa harus pake upah. Malulah kita yang masih punya rambut tapi semangat kita kalah sama sibotak Setan itu. Apalagi mereka (mungkin juga saya), yang mengaku sebagai wakil rakyat, mengaku digaji oleh uang rakyat, bukannya mewakili kepentingan rakyat, tapi lihatlah mereka sibuk pidato, sibuk bikin sesuatu untuk menyebabkan ketuanya yaitu rakyatnya berdemo, lupa tugas, lupa amanat dari yang menggaji besar mereka.

Lalu apakah kita sebagai manusia harus kalah dengan mereka?, ya janganlah. Kita lebih mulia, kita harusnya lebih baik dari mereka. Apalagi kita adalah manusia yaitu mahluk nyata, sedangkan mereka hanya Setan yang kita ciptakan dari imajinasi kita. Oh Setan oh manusia. Terpujilah wahai engkau ibu bapak Setan, jasamu tiada tara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar